Join The Community

Premium WordPress Themes

Search

Minggu, 26 Juni 2011

Curahan Hati Putri Sulung Ruyati

Alm. Ruyati
Jakarta - Een Nuraini tak mampu membendung air mata saat mengutarakan kekesalannya pada pemerintah Arab Saudi dan pemerintah Indonesia atas hukuman pancung yang dijalani ibunya, Ruyati binti Satubi, 18 Juni lalu.

Dengan suara terbata-bata, sesekali mengusap air mata dengan tisu, Ruyati mencurahkan kesedihannya kepada komisioner Komnas Perempuan di kantor lembaga ini, Jalan Latuharhary, Jakarta, Senin (27/6/2011).

"Buat pemerintah Arab, kalau memang mau menjalankan hukum Islam, majikan pun yang membunuh harus dipancung, jangan berlaku hanya pada TKW, dan buktikan bahwa mereka (majikan) sudah dipancung, itu baru adil,” katanya. Suaranya terdengar meninggi, wajahnya memerah.

Bagi Een, eksekusi terhadap ibundanya adalah ketidakadilan. Kalaupun mengaku telah membunuh, dia yakin tindakan itu dilakukan Ruyati karena sangat terpaksa demi membela harga dirinya.

Para majikan, katanya, tidak memperlakukan Ruyati layaknya manusia.

“Siapa pun, kalau diinjak pasti marah.”

Seisi ruangan yang juga dipenuhi puluhan jurnalis tiba-tiba senyap, larut mendengar cerita Een. Tertunduk sejenak, dia kembali melanjutkan, “untuk pemerintah Indonesia, hentikan saja pengiriman TKW, jangan sampai ada dipancung lagi, cukup ibu saya yang terakhir! Masak manusia dipotong seperti binatang, tidak manusiawi, biadab!” katanya memecah kesunyian.

Hingga detik ini, Een mengakui dia bersama keluarganya tidak bisa menerima eksekusi terhadap Ruyati. Agar mengetahui alasan penolakan dan ketidakikhlasan ini, Een meminta masyarakat menempatkan diri di posisinya.

“Ibu saya meninggal seperti itu, coba bayangkan jika terjadi dengan orangtua siapa pun orang di Indonesia, semua pasti bisa merasakan.”

Kini, Een masih menunggu seraya tetap menuntut pemerintah segera memulangkan jenazah ibunya agar bisa dimakamkan di kampung halamannya.

Barangkali, bagi Eeen sekeluarga, jenazah dan kuburan Ruyati di dekat rumah mereka  bukan sekadar bentuk penghormatan kepada sang ibu. Tetapi juga penanda bahwa Ruyati adalah korban kelalaian negara ini melindungi rakyatnya.

Sumber : news.okezone.com

0 komentar:

Posting Komentar